Kamis, 29 Desember 2011

Menggali Alkitab dengan cara Induktif

Pendahuluan
Alkitab adalah Firman Allah yang hidup. Sebagai Firman Allah yang hidup yang berbeda dari kitab atau buku yang lain, namun Alkitab sama seperti kitab yang lain, merupakan kata-kata manusia yang dapat dimengerti oleh manusia. Didalam semua sifat ke-Allah-an yang melekat padaNya, Allah berkenan dan memilih bahasa manusia untuk menyatakan diriNya pada manusia melalui Alkitab.

Allah selalu ingin berbicara kepada manusia, bergaul akrab dengan manusia. Sejak manusia pertama kali jatuh dalam dosa, Allahlah yang berinisiatif untuk mencari Adam. Dari zaman dahulu kala, Allah jugalah yang menyatakan diriNya melalui Nabi-Nabi, Raja-Raja, Hakim-hakim, dan melalui orang pilihan Allah. Tetapi saat ini Allah menyatakan dirinya secara langsung kepada setiap orang yang datang kepadaNya. Alkitab telah diberikan oleh Allah kepada kita, agar kita setiap saat dan setiap waktu dapat bertemu denganNYa. Itulah sebabnya kita harus menaruh hormat kepada Alkitab, sebagai Firman Allah yang hidup dan menghidupkan, yang didalamnya terdapat rahasia Allah, yang mau dinyatakan kepada manusia.

Kalau memang Alkitab adalah Firman Allah, tentunya kita harus memperlakukannya sebagai buku yang layak kita hargai dan selidiki apa hikmad yang terdapat didalamnya. Alkitab adalah buku kehidupan, dengan demikian jika kita ingin hidup tentunya harus mencarinya didalam Alkitab

Keunikan Alkitab
Alkitab adalah Kitab yang sangat unik dan mengagumkan. Ditulis oleh 66 orang yang berbeda secara sosial, budaya, pendidikan, latar belakang, dan juga dipisahkan oleh rentang waktu yang panjang sekitar 1200 tahun. Mereka tidak saling mengenal satu sama lain, tetapi merujuk kepada suatu oknum yaitu Yesus Kristus, dengan Integrasi yang tinggi kitab yang satu dengan kitab yang lainnya, dan memiliki suatu benang merah yang berkesinambungan, dan tidak pernah saling bertentangan.

Keunikan yang lain dari Alkitab adalah bahwa Alkitab dapat menubuatkan apa yang akan terjadi kedepan. Menunjuk kelahiran Tuhan Yesus, sejak manusia jatuh kedalam dosa di Taman Eden, berita tentang kelahiran Tuhan dari keturunan perempuan itu sudah dinubuatkan, juga tentang korban Yesus di kayu salib, telah diberitakan jauh sebelum hal itu terjadi (lihat juga Mzr 22 ; 2+19 ; Yes 42 ; 53 ; Mika 5 ; Zak 9 ; 9 ; Mat 21 ;5)

Dari fakta ini kita meyakini hanya karena Roh Allahlah yang mengilhami para penulisnya sehingga terdapat suatu Kitab yang sangat mengagumkan.

Pelita bagi kaki, terang bagi jalan
Suatu keyakinan yang pasti yang kita ketahui dari apa yang dialami oleh Daud ialah bahwa Firman Allah yang menjadi penuntun dalam segenap kehidupannya. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mzr 119 : 105)” Keyakinan ini lahir dari suatu pengalaman yang panjang bersama Allah. Dari Daud kita boleh belajar bahwa memang bersama Allah dengan FirmanNya kita boleh menjalani hidup kita dengan penuh tuntunan dari Allah dengan penuh kepastian kearah mana kita harus melangkah dan apa yang harus kita jalani kedepan.

Dari dasar inilah kita menyadari betapa pentingnya untuk selalu berada didalam hadirat Tuhan sepanjang jalan hidup kita agar kita menjalani hidup dengan arah yang tidak salah. (Band Ams 14:12)
Hal-hal yang penting dalam menggali Alkitab.
1. Lahir Baru
Penting untuk kita ketahui bahwa didalam menggali Akitab seseorang harus dilahirkan kembali dari Allah agar dapat melihat kerajaan Allah dan mengalaminya. Sebab tidak ada orang yang tahu dalam diri Allah, selain Roh Allah. (Yoh 3; 3 ; 1 Kor 2; 10-16 ; II Kor 3:14-18 ; Yes 29 ; 11-12).

2. Hidup Kudus
Hidup kudus adalah hal yang penting dalam kehidupan kita. Demikian juga didalam penggalian Alkitab, kita harus datang kepada Allah didalam kekudusan, agar Allah menyingkapkan isi hatinya kepada kita. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan”. (Ibrani 12:14 ; )

3. Mencari dengan kerinduan yang dalam
Hal yang juga tidak kalah penting adalah semangat dan kerinduan kita untuk semakin mengenal Allah(Amsal 2:3-6).

4. Memohon dengan rendah hati agar Allah menyingkapkan isi hatiNya kepada kita.
Dalam menggali Alkitab ada dua metode yang kita kenal yaitu :
1. Metode Deduktif
Metode Deduktif ialah metode yang digunakan untuk menggali Alkitab dimana kita memasukkan ide-ide kita atau pendapat kita kedalam Alkitab. Dalam hal ini kita menggunakan Alkitab untuk melegitimasi pendapat kita seolah-olah pendapat kita benar dan didukung Alkitab.

2. Metode Induktif
Metode Induktif ialah metode yang digunakan untuk menggali Alkitab dimana kita membiarkan Alkitab berbicara kepada kita sesuai dengan data-data yang ada pada Alkitab itu sendiri. Dalam hal ini kita akan mengosongkan pikiran kita dengan ide-ide atau asumsi yang sudah ada atau pendapat yang sudah pernah kita dengar. Kita harus membiarkan Alkitab sendiri yang berbicara kepada kita. Kitalah yang akan mengajukan pertanyaan kepada nats yang sedang digali dan mengamati semua data yang ditampilkan.

Dalam pelajaran ini kita akan belajar bagaimana menggali Alkitab secara Induktif. Dalam menggali Alkitab secara Induktif kita mengenal tiga tahapan yaitu :

I. Observasi (pengamatan)
Observasi ialah tahapan pertama yang kita gunakan untuk menggali Alkitab dimana kita akan melihat, menelusuri, mencari data-data secermat mungkin. Pengamatan dapat dilakukan dengan membaca berulang-ulang teks yang sedang digali. Pertanyaan diajukan menyangkut :
- Waktu dan tempat ; kapan dan dimana
- Konteks : dalam kaitan mana ditulis. Menyangkut sejarah, sosial dan budaya dan politik.
- Latar belakang penulis : budaya, pendidikan, lingkungan.
- Isi : apa yang disampaikan.

Dalam tahapan ini pertanyaan yang biasa diajukan adalah :
- What ; apa yang terjadi?
- Who : pada siapa ?
- Whom : dengan siapa?
- When : kapan terjadi?
- Where : Dimana kejadiaanya?
- How : bagaimana hal itu terjadi?

Semakin dalam kita mengajukan pertanyaan dalam tahapan observasi, maka akan semakin banyak pula data yang dapat dikumpulkan, dan semakin baik pula kita menginterpre-tasikannya, yang pada akhirnya semakin baik pula aplikasi atau isi yang kita dapat. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu kita lihat dalam observasi ini.

1. Konteks
Dalam penggalian Alkitab perlu kita melihat konteks dari apa yang kita gali. Hal ini perlu untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran. Ada kalimat yang mengatakan “Konteks kata adalah kalimat, konteks kalimat adalah paragraph, konteks paragraph adalah perikop, kontek perikop adalah pasal, konteks pasal adalah kitab, dan konteks kitab adalah Alkitab”. Hal ini harus kita pegang dengan teguh agar interpretasi kita tidak salah arah atau terjadi salah tafsir. Konteks yang perlu kita lihat dalan hal ini adalah :
a. Konteks ayat
Sesuatu ayat tidak boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam perikop itu.
b. Konteks perikop
Sesuatu perikop juga tidak boleh boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam perikop itu. Misalnya perikop sebelum dan sesudah perikop tersebut.
c. Konteks Pasal
Sesuatu pasal juga tidak boleh boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam pasal itu. Misalnya pasal sebelum dan sesudah pasal tersebut.
d. Konteks Kitab
Sesuatu kitab juga tidak boleh boleh kita tafsir tanpa melihat apa yang menjadi konteks didalam kitab itu secara keseluruhan.
e. Konteks Alkitab
Konteks Alkitab secara keseluruhan perlu kita perhatikan agar segala sesuatu yang kita gali tidak salah dari konteks apa yang dimaksudkan oleh Alkitab.

2. Hubungan
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa dalam PA suatu pengamatan tidak boleh berdiri sendiri tanpa ada konteks. Maka dalam PA kita harus selalu memperhatikan hubungan-hubungan dari perikop yang kita gali. Hubungan-hubungan itu adalah :
- Hubungan antar ayat
- Hubungan antar perikop
- Hubungan antar pasal
- Hubungan antar kitab
Langkah-langkah dalam Observasi
1. Amati teks dengan seksama. Baca berulangkali dan perhatikan.
2. Catat semua data dan fakta yang ditampilkan secara detail.
3. Perhatikan bentuk tulisan. Apakah surat, puisi, sejarah, biografi, perumpamaan, nubuat, Kitab khusus (Injil) dll. Pendekatan untuk tiap-tiap karakter akan berbeda-beda.
4. Perhatikan konteksnya, apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya, juga perikiop sebelum dan sesudahnya.
5. Perhatikan pengertian dan isi yang ditampilkan dengan mempertanyakan :
- Siapa tokoh yang terlibat didalamnya.
- Apa yang dilakukan
- Bagaimana hal itu terjadi
- Dimana terjadi
- Bagaimana situasinya (penulis dan penerima tulisan)
- Apa implikasi sehingga dicatat demikian
- Kapan hal itu terjadi
- Apa kesimpulan dan maksud yang mau disampaikan.
6. Perhatikan dan pelajari Interaksi yang terjadi dalam perikop itu.
- Apa hubungan yang terjalin didalamnya
- Apa arti dari interaksi tersebut
- Apa implikasi dari hubungan-hubungan itu?
7. Perhatikan perikop tersebut, apakah fakta langsung (sesuai dengan yang tertulis) atau fakta tidak langsung (butuh imanjinasi untuk merekonstruksi kembali kejadian tersebut seolah-olah kita terlibat didalamnya).
8. Perhatikan bentuk penulisannya.
- Perhatikan tanda baca
- Kata yang berulang atau ide yang berulang
- Perhatikan penekanan kata-kata mis : aku berkata kepadamu ; sesungguhnya ; dll
- Lihat apakah ada proporsi yang lebih besar diberikan pada seseorang atau situasi.

II. Interpretasi (Penafsiran)
Tahapan selanjutnya dalam PA Induktif adalah Interpretasi (penafsiran). Dalam Interpretasi kita mau mencari makna dari sebuah teks melalui atau yang berasal dari data-data yang ada didalam observasi (pengamatan). Prinsip penafsiran seperti ini adalah untuk menemukan arti yang wajar namun jelas dari sebuah perikop agar kita tidak salah mennafsirkan Alkitab.

Hal yang paling baik adalah jika Alkitab sendiri yang menafsirkan Alkitab. Satu prinsip yang utama dalam penafsiran adalah harus dicapai suatu keharmonisan. Suatu penafsiran dari satu perikop tidak boleh bertentangan dengan penafsiran yang lain, karena Allah tidak mungkin bertentangan dengan diriNya sendiri.

Didalam Penafsiran Alkitab ada beberapa hal-hal yang prinsip yang harus kita perhatikan agar penafsiran kita sehat.
1. Menafsirlah dengan seharusnya dan sewajarnya
Dalam penafsiran Alkitab kita harus menafsir dengan seharusnya dan sewajarnya. Harus dihindari tafsiran yang dipaksakan atau ide yang dimasukkan kedalam penafsiran. Hal ini sebenarnya bisa kita lakukan jika kita melakukan observasi dengan baik. Tetapi menyangkut budaya, sosial, kondisi, dan kebiasaan tempat Alkitab ditulis kita memerlukan bantuan seperti Alkitab dalam versi bahasa yang lain. Juga perlunya bantuan kokordansi Alkitab, Ensiklopedi Alkitab, Peta, Kamus Alkitab, tafsiran dll. Tetapi yang terpenting dari semuanya adalah kedisiplinan kita untuk membaca Alkitab (Bible Reading.

2. Menafsirlah dengan rendah hati
Harus kita sadari bahwa Firman Allah tidak mungkin salah dalam penulisannya dan pengilhamannya. Tetapi tidak ada manusia Kristen, baik perorangan, kelompok, atau Gereja yang pernah dan akan pernah menafsir Firman Allah dengan sempurna tanpa kesalahan.

3. Memiliki sifat yang takluk dan tunduk dihadapan Allah.
Penafsir yang baik adalah pengarang buku itu sendiri. Jika Alkitab di Ilhamkan oleh Allah melalui Roh KudusNya maka kita yang mau menafsirkan Alkitab harus tunduk kepada Allah.

Kita harus mengakui ketidakmampuan kita untuk mengerti maksud Allah. Tetapi Allah telah mengaruniakan Roh Kudus kepada kita untuk mengajari kita tentang segala sesuatu. Dalam hal ini kita harus menyadari Allah menyinari setiap hati orang yang taat. Allah telah mengilhamkan Alkitab untuk bisa kita baca dan pahami, tentunya Allah juga mau kita mengerti maksud Allah melalui Alkitab.

III. Aplikasi (Langkah Konkrit/Penerapan)
Penerapan dan langkah konkrit adalah tahapan selanjutnya dari PA. Mengingat fungsi dan tujuan dari Alkitab seperti apa yang dinyatakan oleh Paulus, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (II Tim 3:16).

"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk 11:28).

Perlu kita pahami bahwa tujuan PA bukan untuk menambah pengetahuan kita, tetapi bagaimana kita melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahapan ini kita perlu merefleksikan apa yang kita gali dan bagaimana kita melakukannya.
- Apa kata firman Tuhan yang kubaca?
- Apa artinya buat saya?
- Apa artinya buat orang lain?
- Apa yang akan kulakukan? (bersyukur, menyembah Allah, bertobat, dll)

Maka pada akhirnya kita akan disebut berbahagia jika kita mau memelihara serta mengamalkan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
(Mzr 1 ; 1 – 3)


Kepustakaan :
1. Stott, Jhon RW, Memahami isi Alkitab, PPA, 2000
2. Kennedy, James D ; Newcombe, Jerry, Bagaimana jika Alkitab tidak pernah ditulis ; Interaksara ; 1999
3. Sagala, Mangapul, Ir. M.Div, Petunjuk Prakatis menggali Alkitab, Perkantas.2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar